Kualatungkal (e-tivinews.id)– Kesenian Abit/Abet yang merupakan kesenian permainan kobaran api yang diputar menggunakan batang bambu ini sudah menjadi tradisi turun-menurun di Parit 5 Kelurahan Tungkal II, Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kesenian abit ini dimainkan dengan kobaran api yang diputar dengan menggunakan batang bambu, diputar layaknya mayoret dramband, sebagian ada juga yang seperti obor disembur menggunakan bahan bakar minyak melalui mulut.
Menurut M. Hadri salah satu tokoh masyarakat parit 5 Tungkal II mengatakan bahwa kesenian abit ini sudah masuk ke parit 5 sekitar tahun 1981, diperkenalkan oleh seorang tokoh agama yang berasal dari pulau Jawa.
Sejak masuk abit menjadi tenar dikalangan masyarakat, abit dijadikan sebagai kesenian untuk memeriahkan hajatan seperti pesta pernikahan, sunatan serta memperingati hari-hari besar Islam. Namun sekitar 10 tahun kebelakang kesenian abit mulai meredup, hingga baru-baru ini kesenian ini kembali dilakukan pada pesta pernikahan salah satu masyarakat parit 5 darat.
Ketika kesenian yang sudah lama vakum ini kembali dimainkan disambut meriah oleh masyarakat, bagi mereka yang sudah mengenal abit sejak lama seakan terobati kerinduan akan kenangan dimasa lalu, apalagi mereka yang dulu masih anak-anak kini mereka melihat kembali momen-momen yang sering disaksi ketika masih anak-anak.
Disisi lain bagi anak-anak yang baru melihat kesenian ini merupakan mengalaman baru bagi mereka, dengan ponsel mereka merekam momen-momen pemain abit memainkan kelihaian mereka dalam menyembur api dan memutar batang bambu diantara kobaran kobaran api. Masyarakat sangat antusias serta gembira menyaksikan penampilan tersebut.
Lebih lanjut M. hadri menjelaskan “tidak semua orang bisa memainkan abit, karna perlu kepiawaian dalam memutar tongkat bambut serta menyembur api, ada yang mengatakan bahwa pemain abit menggunakan kekuatan batin dalam memainkan kobaran api tersebut, sekarang pemain-pemain asli abit jaman dahulu sudah tiada hanya para penerus yang memainkannya, dan tentu tidak sepiawai mereka jaman dulu” ujarnya
“Bisa mual jika tidak bisa menyemburkan bahan bakar dari mulut” tambahnya
Ia juga menyampaikan bahwa kesenian ini harus terus dilestarikan, ditampilkan dalam peringatan hari besar islam maupun hajatan. Dengan adanya kesenian ini diharapkan dapat menghadirkan kegembiraan ditengah-tengah masyarakat serta mempererat tali silaturahmi antar masyarakat (eTN)*